Rabu, 08 Desember 2010

Terkenangkan Soekarnoku



Hujan enggan membasahi bumi, anginpun pun malu hendak bertiup.Ketika  matahari hendak menerangi, awan dengan kecogkakannya menampakkan diri hingga akhirnya cahaya siang menjadi redup, kelabu sampai  kepetang hari. Alam ternyata turut bersedh , saat-saat mengiringi  putra fajar mulai lusuh dan ketika lenyap dimuka bumi. Ketika  dia  merenggang jawa dan ahirnya iapun pergi tuk selamanya

Hati terasa iba , simpatik semakin menumbuh, perasaan mengenangmu . Soerang Proklamator yang terlupakan akibat kabut sejarah masa lalu.Sebuah catatan dilenyapkan dalam kurun yang memberontak, seperti kecamuk yang terjadi dizaman itu. Setumpuk warkah sebagai bukti lesap diamuk api berasap dalam helaian  kertas buram, seburam kenyataan terhadap penyiksaan yang ditimpakan atasmu.

Soekarno itulah nama kebesaranmu, sebesar citamu saat membondong bagsa dalam lepas dari usik  penjajah, menyandingkan  negeri hingga dikenal ke saentaro dunia. Orator ulung menggugah semangat juang, menggelegar hingga memecah bongkah –bongkah keras. Menghujam jiwa membakar terik kata mu hingga membuat banyak yang segan.

Sosokmu universal, unik bahkan controversial, banyak sindirian untukmu , karena kegemaranmu terhadap perempuan . Engkau romantis terbukti dengan kata- kata cium seribu kali untuk hartini, engkau plamboyan, necis, berwibawa serta karismatik.  Hidupmu habis hanya mengurus rakyat, mengusir penjajah dan mengikis para makar dan separatis. Masuk keluar penjara adalah hal yang biasa. Engakau lantang berorasi dilevel  dunia, engkau berani membuat statmen mengganyang, engkaupun berani menentang dan lepas dari persekutuan liga bangsa-bangsa.

Namun dipenghujung usia senjamu engkau dipencundang  oleh lawan dan kawan, emgkau didera kekejaman orba. Engkau diasingkan dalam dunia karantina yang jauh dari sanak dan keluarga, engkau mati sebelum dimatikan engaku terasing hingga semuanya menjadi derita yang menyeramkan. Orba ternyata momok bagimu, menyerang urat nadi sampai  engkau difitnah turut dalam kejahatan komunis yang menyesatkan. jasamu telah dipeti es kan. dan kamu adalah korban politik dimasa akhir jayamu.

Kami berharap tragedi kematianmu adalah pelajaran sejarah berharga bagi Indonesia. Jangan ada lagi kesalahan masa lalu diulang dan marilah kita berbesar jiwa. Dipengasinganmu  engkau sempat berkata dalam puitisasi yang berbunyi “ Anakku, simpan segala yang kau tahu, jangan ceritakan deritaku dan sakitku kepada rakyat, biarkan aku menjadi korban asal Indonesia tetap bersatu. Ini aku lakukan demi kesatuan, persatuan , keutuhan dan kejayaan bangsa. Jadikan derita ku ini sebagai kesaksian, bahwa kekuasaan seorang presidenpun  ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanyalah kekuasaan rakyat dan diatas segalanya  adalah kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.”

Aku kagum kepadamu, kami tetap mendo’akanmu  agar arwahmu mendapatkan tempat yang baik disisi Allah SWT.. amin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar