Rabu, 31 Juli 2013

Dua Sajak Dua Penyair - Oke Dan Zamhir - Bloknota A.Kohar Ibrahim

22 Januari 2012 pukul 13:46
Bloknota : A.Kohar Ibrahim
Dua Sajak Dua Penyair
Munadi Oke dan Zamhir Arifin


PAGI jam enam sarapan secangkir kopi sepotong roti pun tersaji hasil kreasi puisi berbentuk sajak dua buah. Masing masing buah pena Zamhir Arifin berjudul « Pelaminan » dan « Selembar Daun » Munadi Oke.

Sarapan pagi rasanya bertambah nikmat malah rasa senang campur haru  pun tergugah. Pertanda santapan jiwa-raga memang pas bernas. Padahal, berkenaan dengan buah pena kedua penyair itu – baik penyajian pun judulnya sederhana dan ringkas ringkas saja.

« Pelaminan » penyair Zamhir hanya delapan baris saja.  Sedangkan « Selembar Daun » Munadi enambelas baris. Semuanya ringkas ringkas pula baris baris kata puitisnya.

Tetapi memang puitis ! Memenuhi rasa kesukaanku akan puisi. Meski ringkas namun bernas. Meski ringkas namun pilihan pengungkapan tema dan pelukisan serta simbolisasi yang ditata bina sungguh pas mengena terkesan kepaduan atau keharmonisan. Keharmonisan bentuk dan makna isi yang dituangkan.

Isi keduanya yang kental dengan keintiman (kemesraan, kekhidmatan, kesyahduan). Nampaknya sederhana bersahaja, ah « Pelaminan », oh, « Selembar Daun ». Namun keduanya – masing masing – mengisahkan lagu hidup-mati manusia yang tiada terelakkan. Begitupun, kedua sajak ini tidak mengesankan adanya kecengingisan kecengengan atau keluh kesah pasrah menghiba-hiba. Malah penuh riang dan tabah adanya.

Kepada Zamhir da Oke, kuucap banyak terimakasih.
Untuk melengkapi bloknota ini, kedua sajak terlampir.
Juga terima kasih atas perhatian pembaca yang berkenan.

(22 Januari 2012)

*
Zamhir Arifin :

Pelaminan

sepasang sijoli meneguk senyum di langit kelambu
pun hujan menitikkan pesan
kuning keemesan
mak andam lesu
setelah bersempang meracik inai

perlahan tiang pelamin menyapa wajah
juwadah hanya tinggal setalam
selebihnya disantap tetamu
__________Sei bayam, 22 Jan 12

*

Munadi Oke:

SELEMBAR DAUN

Entah apa jadinya
selembar daun itu kini
Setelah 36 tahun mengelana mencari jati diri
tak jua mampu meraihMu

Ku mohon jangan dulu Kau petik
selembar daun yang dulu Kau letakkan di rahim suci ibu
biarkan ia kuatkan ragaku
tuk melangkah kepadaMu

Ku mohon biarkan ia mengisi tubuh ini
tak peduli janji yang dulu kita buat
biarkan ia terus membawa jasad ini mengembara hikmah
hingga ke ujungMu

Biarkan ia menghampiriMu
hingga nyatanyata ia akan masuk kedalam tamanMu
merenangi sungai menyelami alkautsar
ditemani 40 bidadari suci nan rupawan


"SH"
PAINAN 22012012

*Di sisi Alloh SWT ada sebatang pohon yang berisi milyaran daun.Yaitu pohon ruh.Saat nama yang tertera di daun akan diturunkan ke muka bumi,maka Alloh memerintahkan malaikatnya untuk membawa daun ruh tsb bersama perjanjian tentang ajal,jodoh,rejeki dan akan ke syurga atau neraka akhirnya ke dunia dan ditiupkan ke rahim suci seorang ibu yang akan melahirkannya.
Dari kisah inilah aku menulis puisi ini,sebagai juga lantunan du'a agar kiranya Dia memberiku umur panjang dalam mengejar hikmah menghampiriNya.Semoga Dia mendengar dan mengabulkan pintaku.Amiiin.


Kohar, Ngarai Sianok (foto: Lisya)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar