Selasa, 08 Februari 2011

menyimak naluri alam



membentang luas menghampar dengan lebar
fesona memukau dalam alunan kicauan manja
bunyi-bunyian yang mensyahdukan  membuat kalbu terlamun,
dalam kekayaan yang tak berhujung, tak terhitung,
anugerah terbesar buat hamba yang menjadi khalifah.

berabat sudah usiamu, tuamu  semakin melata,
bungkuk dalam memikul berat laku anak manusia.
celotehmu menyembur seperti kemuakan yang tak terpendamkan.
engkau luah kan hingga lahar kebencianmu menyetrika seluruh huniannya
mengganyang dengan lumat,
menghanyutkan,
menerbangkan
menenggelamkan
membunuh segala yang ada, seakan engkau tak mau menyisakan.

Alam ku, engkau sudah selalu mengingatkan
memberi aba dalam igau dan mimpi
dalam nyata dan tersembunyi
dalam tersurat dan tersirat
bahkan dalam bentuk menyanyah dan menyergah.

Tapi kami memang dungu,
tak pernah ambil tahu,
seakan tak pernah berdosa
padahal protesmu adalah ulah kami.

Kini engaku telah mengamuk seakan tiada lagi kata maaf
tangan-tangan yang dosa ini selalu beronar
kini akibatnya telah kami rasakan

Alam ku, kami menempatimu
tanpa izin  dan tanpa pamitan
kami serakah, kami laba  dengan keuntungan ini
padahal engkau yang menyediakan.
maafkan kami
semoga ini menjadi pengelaman berarti

senin, 1.11.10

Tidak ada komentar:

Posting Komentar