Selasa, 15 Maret 2011

Ceramah Pelacur


Raut wajah binal, ekpresi nakal,
Rayuan erotis, dengan pandang nafsu
Birahi memuncak dengan geliat seksi
Engkaulah  pelacur sial.

Penamaan pelacur adalah utuk seorang wanita yang menjaja seks dengan imbalan yang memadai dan sesuai kesepakatan. Pelacur selalu ada dan tidak mudah untuk diberantas, karena selagi manusia normal dengan keinginan seks, maka selagi itu pula praktek ini selalu ada. Praktek pelacuran berbagai macam ragam bentunya, mulai dari kelas elit yang memilih hotel berbintang  hingga kelas rendahan dengan menggunakan lesehan atau ruma-rumah tua.  Baik negara miskin maupun berkembang  apalagi di sebuah negara maju maka praktek ini semakin maju pula. Semakin dicatas maka semakin bertunas  hingga subur bahkan kadang-kadang seperti cendawan tumbuh sesudah hujan.

Pengalaman pribadiku ketika ceramah di sebuah Masjid yang kebetulan berdampingan  dengan komplek ini, bahkan setelah aku tanyakan dengan pengurus ternyata  30% dari jamaah yang hadir adalah para ibu-ibu muda  yang berprofesi sebagai pelacur. Ketika itu aku Khutbah Idul Adha dua tahun yang lalu.   Komplek ini terdapat dipinggir kota di Kota Pekanbaru yang sekarang oleh Pemerintah Kota telah melakukan penggusuran.

Hebatnya lagi menuju Masjid yang aku tuju hanya memiliki satu jalan dari alamat tempat tinggalku. Untuk menuju Masid dimaksud aku mau tidak mau harus melewati pintu masuk dilokalisasi tersebut. Sebagai manusia biasa tentu aku agak deg-degan, namun selalu penasaran seperti apa bentuknya apalagi raut-raut wajah yang  selalu duduk santai dengan pakaian menggoda. Ketika aku memasukinya aku dicegat lau ditanya oleh seorang wanita yang agak tua dengan badan sedikit tegap mungkin dia adalah germonya, dia bertanya “ pagi pak” aku jawab enteng “pagi mbak”.  “Mau kemana pak? sudah janjian ya. Dia kembali bertanaya kepadaku. Dengan bibir bergumanm sambil perasaan cemas, aku balas pertanyaannya “mau ceramah Mbak”.  Mendengar jawaban aku dia langsung mempersilahkan masuk dengan membuka ampang-ampang yang selalu terpasang. Lalu aku melewatinya dengan tenang sedikit debar memasuki sebuah komplek unik hanya berdindingkan papan.

Jujur sebagai manusia normal aku tidak menyia-nyiakan pemandangan yang aku lihat, ketika itu  aku memperhatikan  beberapa pasangan yang duduk diteras dengan wajah lusuh dan sedikit agak  buram dan laki-laki  hidung belang yang masih belum pulang,  hahahahahahaha    dalam hatiku ketawa seiring pikiranku  bereaksi wah inilah rupanya potret komplek pelacuran.  Cuma aku berpikir tidakkah dia merasa segan denganku padahal aku berpakain layakya seorang ustad dengan atribut yang aku pakai, anehnya lagi malah mereka melirik aku dengan tatapan dan pandangan berharap,,hahahahhhaah,, aku tertawa sambil nulis ini, ketika aku ingat peristiwa itu.

Ketika  shalat Idul Adha usai, dilanjutkan dengan khutbah. Aku memulai berkhutbah kata demi kata dan kalimat demi kalimat lalu  beretorika dengan gaya penyampaianku agar  pesan-pesan dakwah yang aku uraikan dapat diterima dengan baik. Khutbah berjalan kurang lebih 45 menit.

Memang dasar audiennya ada sebagian  para  pelacur, ketika aku berkhutbah malah mereka membuka mukena yang sedang terpasang di badannya, rambut teruraipun kelihatan hingga yang tinggal  baju dan busana seksi yang memperlihatkan lekuk tubuh dan auratnya. Tentu ini keganjilan yang tersendiri karena  sholat Idul Adha dan khutbah adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Idealnya mereka membuka mukena itu setelah selasai khutbah, tapi sekali lagi dasar pelacur tatap menggoda , entah – entah mereka malah bermaksud menggoda ustadnya,,hehehehheheh..aneh.

Aku hanya berpikir apakah mereka mendengar dan menyimak secara baik khutbahku dan mau mengamalkannya. Padahal mereka selalu bergelimang dosa. Atau hanya buat sensasi atau mungkin sekadar mencoba memebaur dengan masyarakat tempatan. Atau mungkin juga hanya menghilangkan kejenuhan setelah penat melayani laki-laki hidung belang.

Aku hanya berkesimpulan paling-paling masuk telinga kanan lalu keluar ditelinga kiri.. ..Entahlah ,,,,aku hanya berspekulasi,, Allahu ‘alam bisshawaf.



 jumat, 6 11 10


Tidak ada komentar:

Posting Komentar