Lacur yang membiasakannya kenyang dengan ulam nikmat sesaat,
dalam rumah bertabir nafsu,
menghentak malam mengintai mangsa.
Di rumah itu bergulat sambil berjingkrak rerautan lusuh
sayu
sendu
lesu
dan malu-malu.
Keberingasanmu membuat onani berkesima,
ejakulasipun memuntah.
Melebur pada dua paha kembar,
berdenyut dalam gesek
feoreflay memburu ereksi nakal
sambil ditopang payudara-payudara buntal.
Tiada cermin kaca buat memandang jiwa
sebenarnya aku iba antara kasih dan benci.
Dingin menjadi pecah,
sengau hela dengan tahanan napas yang mengengap
membuat engkau diperbudak oleh kekejaman pejantan jalang yang tak akan puas,
tapi nikmat itu memupuskan harapan, memutuskan sadar yang dalam
hingga terali benang merah semakin putus
lalu keasyikan mengalahkan segala yang ada
Akankah pilihanmu dianggap tepat
padahal himpitan aroma kemiskinan yang membuat kita sesat
jalan pintaspun dipacu tanpa mengiyakan rambu- rambu
dan lampu merah.
dengan pertimbangan tanpa kompas dan arah.
Aku bukan pelacur.
Aku tidak melacur.
Engkau pelacurku dan sahabatku.
Engkau sama seperti kami
dan aku..
Tapi mari cermati hidayah yang hampiri
kebenaran yang tak pernah mati
karena nanti kita akan mati
dan kita akan diadili
oleh kepastian makhkamah Ilahi
Sadarlah pelacurku
maafkan aku..........
// Zamhir arifin
28.11.2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar