Kicau burung berserakan seiring irama yang bertabuh,
kaki-kaki kecilnya menetak tempel dipohon bambu depan hunian rumah mak ongah,
Sejuk mengikatku dalam selimut sarung yang masih manja mesra mencium pinggangku, membuat aku semakin malas hendak bergegas menuju tepian sungai kampau.
Tragedi mesra ini mengingatkan aku 25 tahun silam disaat usiaku dinobatkan 10 tahun, ketika aku menjenguk kampong kelahirannya.
Anak kecil itu dijangki atuk dan dipapah nenek dengan pegangan erat menjamah tangan mungilnya,
berjalan kaki berjam-jam menuju kampong kecil terpencil yang diapit anak sungai,
bejalan dengan membunuh rumput-rumput hijau yang menjalar rapi, sambil injakan kaki tua dan kaki mungil yang menggeletak lunglai dalam ayun mendekat sampai.
Sebelum mecampakkan sarung aku berpangku di jenjang rumah sambil menoleh jalan raya yang pernah aku tapaki dahulunya, lalu lalang anak adam bersimbah wajah-wajah ceria, kayuh sepeda unta sudah berubah menjadi mesin-mesin menyala, amat cepat perubahan ini.
Zam, ngapo waang monuong tu, la jam 7 ko, poi la mandi, mandi diuma bisa, nak mandi disungai bisa juo, tapi elok-elok yo jan sampai digigik lintah..(mak ongahku bersahut dari sudut rumah, menyentakkan aku dari lamunan ini)
Sedih bersahut di relung hati , diketuk kenangan lama ingat atuk dan nenekku,
mereka telah mengasihiku seperti kasihnya ayah dan ibu,
selamat engkau disana aku selalu mendo’akanmu di setiap sholat ku.
Desa Ganting (Bangkinang Barat)
kaki-kaki kecilnya menetak tempel dipohon bambu depan hunian rumah mak ongah,
Sejuk mengikatku dalam selimut sarung yang masih manja mesra mencium pinggangku, membuat aku semakin malas hendak bergegas menuju tepian sungai kampau.
Tragedi mesra ini mengingatkan aku 25 tahun silam disaat usiaku dinobatkan 10 tahun, ketika aku menjenguk kampong kelahirannya.
Anak kecil itu dijangki atuk dan dipapah nenek dengan pegangan erat menjamah tangan mungilnya,
berjalan kaki berjam-jam menuju kampong kecil terpencil yang diapit anak sungai,
bejalan dengan membunuh rumput-rumput hijau yang menjalar rapi, sambil injakan kaki tua dan kaki mungil yang menggeletak lunglai dalam ayun mendekat sampai.
Sebelum mecampakkan sarung aku berpangku di jenjang rumah sambil menoleh jalan raya yang pernah aku tapaki dahulunya, lalu lalang anak adam bersimbah wajah-wajah ceria, kayuh sepeda unta sudah berubah menjadi mesin-mesin menyala, amat cepat perubahan ini.
Zam, ngapo waang monuong tu, la jam 7 ko, poi la mandi, mandi diuma bisa, nak mandi disungai bisa juo, tapi elok-elok yo jan sampai digigik lintah..(mak ongahku bersahut dari sudut rumah, menyentakkan aku dari lamunan ini)
Sedih bersahut di relung hati , diketuk kenangan lama ingat atuk dan nenekku,
mereka telah mengasihiku seperti kasihnya ayah dan ibu,
selamat engkau disana aku selalu mendo’akanmu di setiap sholat ku.
Desa Ganting (Bangkinang Barat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar