Kenapa menangis lagi,
usap air matamu,
sedih ini harus kita hengkang jauh,
aku benci dengan cengengmu,
(tutur mulut tua bangka sebagai ayah)
Tangisnya semakin menjadi ,
mengurai pedih dalam takau halaman rumah.
Dirumah itu sesak kepergian semakin menggila,
reratapan pilu menggepul tertumpang diawan lalu
membelah ruang dan waktu.
Aku tak sanggup lepaskannya,
semata wayang satu-satunya,
(ucap sang ibu yang sedang iba)
Terdetak ledak umpatan kecewa,
mati yang tak diizinkan.
Semalam bersenda gurau,
bercengkrama dengan gendong dipunggung manja.
Ayunan buayan tampak menyepi,
tali yang masih menjulur berikat di palang loteng,
kini tinggal saksi.
Sementara penghuni buayannya seoaarng anak kecil
telah pergi untuk selamanya.
Sang ayah melunak,
turut mengikuti larutnya sedih.
Pelukan ayah dan ibu tua itu tak terelakkan.
Sejatinya tadi sang ayah tegar bahkan memarahi istri,
tapi bendung pilu dan kehilangan itu memang berat
untuk tak dapat dinafikan.
Anak kami,,,,
Damailah engkau disana.
Engkau adalah asset kami.
Jemput ayah dan buda di khirat nanti.
Bawakan kami seteguk air.
Setelah melata , tersesat di padang mahsyar yang tak bertepi.
( doa ayah dan ibu tua itu semakin menggema)
usap air matamu,
sedih ini harus kita hengkang jauh,
aku benci dengan cengengmu,
(tutur mulut tua bangka sebagai ayah)
Tangisnya semakin menjadi ,
mengurai pedih dalam takau halaman rumah.
Dirumah itu sesak kepergian semakin menggila,
reratapan pilu menggepul tertumpang diawan lalu
membelah ruang dan waktu.
Aku tak sanggup lepaskannya,
semata wayang satu-satunya,
(ucap sang ibu yang sedang iba)
Terdetak ledak umpatan kecewa,
mati yang tak diizinkan.
Semalam bersenda gurau,
bercengkrama dengan gendong dipunggung manja.
Ayunan buayan tampak menyepi,
tali yang masih menjulur berikat di palang loteng,
kini tinggal saksi.
Sementara penghuni buayannya seoaarng anak kecil
telah pergi untuk selamanya.
Sang ayah melunak,
turut mengikuti larutnya sedih.
Pelukan ayah dan ibu tua itu tak terelakkan.
Sejatinya tadi sang ayah tegar bahkan memarahi istri,
tapi bendung pilu dan kehilangan itu memang berat
untuk tak dapat dinafikan.
Anak kami,,,,
Damailah engkau disana.
Engkau adalah asset kami.
Jemput ayah dan buda di khirat nanti.
Bawakan kami seteguk air.
Setelah melata , tersesat di padang mahsyar yang tak bertepi.
( doa ayah dan ibu tua itu semakin menggema)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar