Hati yang terhunus tajam akan melukai pematang perasaan yang sedang lirih dihimpit luka, diamuk lara dalam merasakan perihnya rona hidup. Hidup yang balau berombak kasar yang akan siap menghantam bauran akal sehat, lalu berkecai, dalam pikuk yang tak karuan
Menurutkan kata hati sama halnya akan mebunuhku dalam usia yang masih prematur, usia yang belum tumbuh seumur jagung, belum manpu memaknai apa yang sedang terjadi. Usia yang selalu gamang memandang jauh kedepan, apatahlagi hanya untuk mengiyakan sebuah kata hati,,,padahal menidakkan itulah mungkin sebuah pilihan yang tepat.
Jika pilihan hati ku keliru harap maklum mungkin kealfaan yang sedang mengintai, diintip dalam keragu-raguanku, mennunggu pilhanku hingga khilaf . tersilaf dalam kekanak-kanakn.
sebelum senja hampiri meniba, aku bersiap untuk mengasah kedewasaan, berlomba dalam musim untuk tidak tergilas dalam ranah hina dina, mencoba menimba dengan lagak yang tak tergoyahkan, menghujamkan kuku dikedalaman. Jika belum, aku akan tahu segala qudrati pasti berpihak, Fitrah insaniyah selau bersinar dalam kerontangnya pikuk kehidupan, karena dari rahim aku sudah berjuang untuk bisa mengalahkan sesaingan, hingga akulah pemenangnya.
Pilihan yang memang sulit, selalu berbesit takut, tanpa mafhum yang dapat dipertanggungjawabkan.
Pokuslah pikiran, kucoba bulatkan tekad, gumam bibir tak perlu berucap,,cukuplah aku yakin, bahwa menidakkan kata hatiku itulah pilihan yang tepat….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar