Senin, 22 November 2010

PUASA MENGASAH KECERDASAN INTElEKTUAL , EMOSIONAL DAN SPIRITUAL


Puasa tahun ini (1431 H) insya Allah akan jatuh pada tanggal 11 agustus 2010. Puasa dalam bahasa arab di sebut dengan SAUMU yang berarti menahan. dalam istilah syariat puasa adalah menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya , satu hari lamanya mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.
                             
Puasa merupakan syariat yang telah dibebankan kepada kita melalui Firman Allah yang terdapat dalam Al Quran Surah Al baqarah Ayat 183 yang artinya " Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kamu berpuasa sebagai mana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa" . Puasa juga di singgung dalam sabda rasulullah saw, " Islam itu ditegagkkan atas lima dasar : 1. Bersaksi tidak ada tuhan selain Allah dan Bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah 2. Mendirikan shalat 3. puasa bulan Ramadhan 4. Membayar zakat 5. naik haji bagi yang manpu, ( HR. Bukhari Muslim dan Ahmad). Puasa diwajibkan bagi ummat Islam pada tahun ke 2 Hijriyah, yaitu tahun ke 2 sesudah rasulullah saw hijrah ke yasrib (madinah). Hukumnya Fardhu ain bagi setiap manusia yang telah dibebani hukum (mukallaf).

Puasa bulan Ramadhan memiliki segudang kemuliaan, hikmah dan keutamaan, tentunya berdampak pada zahir dan bathin manusia. jadi jelas bahwa pada hakikatnya ibadah yang kita lakukan dampaknya adalah kepada kita sendiri bukan kepada Allah. Tidakpun kita beribadah, maka Allah tidak akan rugi karena Dia maha kaya. Namun alangkah ruginya kita ketika kesempatan hidup diberikan kepada kita, lalu kita tidak mahu bersyukur dan beribadah dengan penuh keikhlasan kepada-NYa. Oleh karena itu ibadah harus kita wujudkan dalam kehidupan, karena itu adalah implementasi dan bukti nyata kepatuhan kita Kepada Nya .

Manusia di dunia ini dilengkapi dengan berbagai kecerdasan yang cukup relatif, karena manusia memiliki kecerdasan yang berbeda-beda satu sama lainnya di seluruh dunia ini. Oleh karena itu kecerdasan seseorang dibagi menjadi tiga yaitu: kecerdasan iQ, Emosional dan Spiritual. Lalu ternyata puasa memiliki potensi untuk mengasah hal itu, sehingga manusia diharapkan akan menjadi insan kamil

1. Kecerdasan IQ/ Intelektual.
adalah kecerdasan berpikir secara intelegensi, berlogilka dan menemukan konglusi pada setiap persoalan. Ternyata puasa bisa mengasah itu, karena puasa menempa kita untuk selalu berpikir positif, detak hati positif, apalagi harus berbuat secara positif pula. Kecerdasan seseorang akan luntur ketika dia terlalu menggunakan potensi berpikir kearah negatif, puasa menuntut kita untuk selalu berpikir jernih dan benar, sehingga dengan kejernihan tersebut sumber maksiat akan terhalangi dan dengan tidak banyak maksiat olah pikir kita akan terarah.

2. Kecerdasan EQ/Emosional
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama tehnis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Kecerdasan emosional selalu menciptakan kita untuk selalu peka dengan lingkungan, bisa menyesuaikan diri dan beradaftasi dengan banyak orang , sehingga sekalipun banyak persoalan bisa dijawab dan diselesaikan dengan tenang dan tepat. Nah puasa mengharapkan kita untuk peka dengan lingkungan. menyantuni antara sesama, karena hanya orang-orang yang berpuasalah yang dapat merasakan bagaimana pedihnya penderitaan orang miskin, terlantar dan jarang menikmati makanan layaknya orang berpunya.

3. Kecerdasan SQ/Spiritual
Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritual quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’ ( Danah Zohar & Ian Marshall: SQ the ultimate intelligence: 2001).

Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber – SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. Tapi paling tidak dapat kita selipkan bahwa kecerdasan ini kita spesifikasikan pada keinginan menemukan kebenaran yang hakiki. kebenran ini akan dapat dirasakan apabila kita mengetahui ketuhanan, beraqidah yang benar dan menjalankan sistem keagamaan yang mantap pula. Sehingga jiwa menjadi tenang, kepuasan batin akan terpenuhi. Jadi jelas puasa adalah bukti kepatuhan dan ketaatan kita, puasa bermuara pada taqwa, taqwa adalah hati-hati, patuh, dan tunduk. Pada akhirnya orang-orang yang berpuasa dia akan mendapatkan keberuntungan

Untuk itu jangan kita sia-siakan amalan puasa ramadhan , mari kita jemput dan jelang ramadhan tahun ini dengan segala suka cita, MARHABAN YA RAMADHAN.

oleh : zamhir Arifin
Minggu 1 Agustus 2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar